Museum tionghoa Soekaboemi merupakan museum yang mengangkat tema sejarah & budaya peranakan Tionghoa di Indonesia khususnya Tionghoa Sukabumi. Museum ini menyimpan koleksi-koleksi yang memiliki nilai sejarah penting, sejarah masyarakat Tionghoa di sukabumi baik peninggalan maupun yang masih digunakan, tidak hanya koleksi internal saja, tetapi juga dari titipan maupun sumbangan dari warga sukabumi, kolektor benda kuno dan pemerhati budaya tionghoa peranakan di Indonesia.
Pada lantai 1, terdapat lobby dan ruang tunggu untuk pengunjung, majalah yang dapat dibaca dan juga terdapat buku mengenai sejarah yang dapat dibeli, serta pada ruangan selanjutnya terdapat koleksi barang antik dan bersejarah salah satunya alat musik seperti piringan hitam, serta lukisan sejarah masuknya Tionghoa ke Pulau Jawa.
Ruangan ini menampilkan berbagai barang antik dan peralatan rumah tangga tradisional tata letak lantai yang berpola ubin merah dan putih memberi sentuhan artistik, memperkuat nuansa tempo dulu.
Secara keseluruhan, ruangan ini menjadi ruang edukatif yang membawa pengunjung menyusuri jejak sejarah dan kehidupan masyarakat di masa lalu, sekaligus menjadi tempat pelestarian budaya yang berharga.
Pada lantai 2, terdapat koleksi yang kaya akan sejarah dan budaya seperti uang dari zaman penjajahan belanda, suasana rumah Tionghoa, alat ibadah, peralatan rumah tangga kuno, dan buku bacaan jadul. Semua ini bersama-sama memberikan gambaran lengkap tentang kehidupan ekonomi, sosial dan spiritual masyarakat pada masa lalu.
Di sudut ruangan yang tenang dan penuh nostalgia ini, terpancar nuansa tempo dulu yang hangat dan bersahaja. Deretan kursi kayu dengan anyaman rotan tersusun rapi mengelilingi meja bundar hitam sederhana, menciptakan suasana akrab yang cocok untuk berbincang santai atau sekadar menikmati secangkir kopi.
karya seni klasik yang membawa kita menelusuri jejak sejarah dan kenangan masa lalu. Sebuah jendela kayu berwarna hijau tua lengkap dengan kisi-kisi putih, dipasang sebagai ornamen dinding, menambah sentuhan khas rumah-rumah kolonial zaman dahulu.
Di sudut lain, sebuah mesin tik tua berdiri anggun di atas meja kayu, seolah menjadi saksi bisu dari banyak kisah yang pernah ditulis. Sebuah telepon putar klasik dan ukiran kayu alami juga turut memperkaya karakter ruangan ini, memberikan kesan bahwa setiap sudutnya memiliki cerita.
Ruangan ini bukan sekadar tempat, melainkan cerminan dari perjalanan waktu—mengajak siapa pun yang masuk untuk sejenak melupakan hiruk-pikuk modernitas dan larut dalam nuansa hangat masa lampau.
Pada Lantai 3, terdapat arsip-arsip yang menyimpan catatan sejarah penting Sukabumi, serta terdapat Galeri Dapuran Kipahare yang dimana menyimpan berbagai peninggalan sejarah kerajaan Padjajaran dan kehidupan masyarakat Sunda.
Ruang ini adalah bagian dari sebuah museum atau pusat edukasi yang mengajak pengunjung untuk menelusuri jejak panjang perjalanan manusia dan kebudayaannya. Di balik kaca-kaca bening lemari pajang, tersimpan dokumen, artefak, dan replika yang merekam sejarah sejak masa purba hingga masa modern.
Label seperti Homo Erectus, Paleolitik, dan Batuan menunjukkan bahwa ruang ini mengangkat tema evolusi manusia dan peradaban awal—menyajikan fakta ilmiah secara visual dan informatif. Dengan penataan yang rapi dan pencahayaan alami yang masuk dari jendela besar, ruangan ini memberikan pengalaman belajar yang tenang dan terfokus.
Setiap lemari menyimpan lembaran pengetahuan—mulai dari catatan sejarah, hasil penelitian arkeologi, hingga bukti-bukti peninggalan budaya yang memperlihatkan bagaimana manusia beradaptasi dan berkembang dari waktu ke waktu.
Tidak hanya sebagai ruang pamer, tempat ini berfungsi sebagai sarana edukasi yang mempertemukan masa lalu dengan masa kini. Ia mengajak kita untuk mengenal akar sejarah, menghargai warisan ilmu pengetahuan, dan mendorong rasa ingin tahu terhadap proses panjang yang membentuk peradaban manusia seperti yang kita kenal hari ini.
Di Lantai 4 Museum Tionghoa Soekaboemi, pengunjung dapat melihat koleksi kostum reenactor, senjata, seragam militer, poster propaganda, hingga pintu bersejarah bertuliskan slogan perlawanan seperti “Spoor Go Home” dan “Andjing NICA”. Koleksi ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pasca Proklamasi 1945 dan masa Perang Dunia II, lengkap dengan perlengkapan prajurit seperti helm, ransel, dan peralatan medis. Setiap artefak menjadi saksi perjuangan dan pengorbanan para pahlawan, sekaligus pengingat bahwa kemerdekaan lahir dari semangat juang dan pengorbanan besar bangsa.